Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

BAGI JAMILAH, ARAB SAUDI SERIUS LAYANI JAMAAH

Written By Unknown on Kamis, 12 Juni 2014 | 03.06

 Catatan Edy Supriatna - Mekkah (ANTARA News) - Keseriusan Pemerintah Arab Saudi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji bukan sekedar retorika seperti banyak digaungkan kebanyakan petinggi, tetapi lebih banyak dalam bentuk nyata sehingga patut negeri "petro dollar" ini diacungi jempol.

Pendapat ini terlontar dari Jamilah Erni Ardi Burhan (32 tahun), seorang bidan yang sudah enam tahun bekerja pada Rumah Sakit Maternity & Children`s Hospital (MCH), Makkah, Saudi Arabia. Bidan Erni, alumni pada salah satu akademi kebidanan di Manado ini mengaku punya banyak pengalaman tatkala terjun menangani jemaah haji dari berbagai negara.

Ketika musim haji datang, pihak otoritas pemeritah setempat mengerahkan seluruh kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki di berbagai rumah sakit Arab Saudi. Termasuk RS MCH, tempat Jamilah bekerja.

Saat wukuf tiba, Jamilah diterjunkan ke Arafah. Di sana, pemerintah Arab Saudi sudah membangun sejumlah poliklinik. "Saya melayani bukan hanya jemaah haji Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara Islam," katanya, ketika membuka cerita tentang pengalamannya menangani jemaah haji dari berbagai negara.

Seluruh tenaga kesehatan, saat puncak ritual haji berlangsung, menurut dia, para tenaga medis dikerahkan. Para tenaga medis itu bukan hanya terbatas pada para perawat, bidan dan dokter umum, termasuk juga tenaga spesialis yang direkrut dari sejumlah rumah sakit Arab Saudi.

Sejumlah rumah sakit di Arab Saudi, lanjut dia, rata-rata tiap dua tahun sekali merekrut tenaga dokter asing. Termasuk dirinya yang direkrut pada 2006 silam. 

"Tenaga kesehatan sangat dibutuhkan di negeri ini," ia menjelaskan.

Jamilah pun menjelaskan bahwa keseriusan pemerintah Arab Saudi dalam bidang kesehatan dapat dilihat makin banyaknya rumah sakit dibangun di Mekkah.

Untuk beberapa tahun ke depan, memang, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pun menyiapkan tujuh rumah sakit (RS) baru untuk pelaksanaan musim haji tahun. Ketujuh rumah sakit itu terletak di wilayah Armina (Arafat Muzdalifah dan Mina), dan akan beroperasi selama 24 jam lima hari pada puncak pelaksanaan ibadah haji.

Seperti pernah diberitakan, Direktur Jenderal Urusan Kesehatan wilayah Makkah Khalid Obaid Zafar, pernah menyebut, Pemerintah telah merencanakan pendirian rumah sakit baru.

Rumah sakit yang akan berdiri di Mina adalah RS Umum Mina, RS Jembatan Mina, RS Lembah Mina, RS New Street Mina. Sedangkan di Arafat yang berdiri adalah RS Umum Arafat, RS Mountain of Mercy dan RS Nimrah.

Pemerintah Saudi mengakui, puncak haji di Armina merupakan titik kritis semua masalah perhajian, termasuk pelayanan kesehatan. Untuk itu selain pendirian RS, pemerintah juga menyiapkan 42 klinik kesehatan di Mina dan 32 klinik di Arafah.

Terkait dengan pelayanan haji, Indonesia sendiri telah menyiapkan tim kesehatan khusus untuk pelayanan haji di tanah suci tiap tahunnya. Musim haji 1431 H, Indonesia menyiapkan 1.755 petugas kesehatan haji. Sebanyak 1.449 orang untuk melayani jemaah di kelompok terbang (kloter) dan 306 orang sebagai petugas non kloter.

Baik tim kesehatan kloter maupun non kloter siap membantu 221 ribu jamaah haji. Indonesia juga memiliki dua Balai Pengobatan Haji yang fasilitasnya setara dengan Rumah Sakit kelas C di tanah air.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga telah memberikan instruksi kepada semua rumah sakit di Mekkah untuk mengirim para jamah calon haji yang dirawat bersafari wukuf di Arafat. Para pasien akan diihramkan dan diangkut menggunakan ambulan ke Arafah. Safari wukuf merupakan rukun haji yang wajib dilsakanakan, karena haji adalah wukuf di Arafah. Bila tidak dilaksanakan maka hajinya dianggap batal dan tidak bisa dibayar oleh dam.

Profesional

Terkait dengan optimalisasi pelayanan haji, putri kedua dari enam bersaudar pasangan Ardi Burhan dan Aminah di Makassar, ini menilai bahwa jemaah di tanah suci diperlakukan sebagai tamu Allah. Konsekuensi dari itu, tentu para tenaga medis harus memberikan pelayanan secara profesional.

Jemaah haji Indonesia, dari tahun ke tahun, banyak menderita asma. Ia pun tak mau menyebut apa penyebabnya, apakah kebanyakan merokok atau bawaan sejak dari tanah air. 

"Saya nggak mau komentar soal itu," katanya, sambil melempar senyum.

Jamilah yang kini akrab mengenakan pakaian Albaya hitam dan mengaku cocok dengan badannya yang tinggi sekitar 165 cm. 

Ia menambahkan, untuk pembayaran jasa saja, tergolong mewah. Ia mau menyebut berapa nilainya. Namun dari berbagaai sumber, tenaga bidan seperti dirinya diperkirakan mendapat gaji sebulan sebesar 10 ribu riyal. Belum hak untuk tinggal di asrama puteri gratis dan dua bulan cuti dalam setahun.

"Sepuluh bulan sekali ia dapat hak cuti dua bulan," katanya, sambil mengucap syukur bahwa tenaga kesehatan dari tanah air mendapat perlakuan istimewa di negeri ini. Terlebih orang Indonesia di kawasan Mekkah dinilai tergolong telaten melayani pasien.

Tentang pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia yang sakit, ia menjelaskan, ketika memasuki musim haji seluruh rumah sakit disiagakan penuh. Artinya, para tenaga medis termasuk dirinya sebagai bidan harus bekerja ekstra melayani pasien tamu Allah.

Setiap rumah sakit di Arab Saudi, seperti juga di tanah air, memiliki kemampuan dan kekhususan tersendiri. Ada rumah sakit banyak memiliki tenaga dokter jantung, dokter kebidanan, dokter bedah dan seterusnya. Tegasnya, mereka berkonsentrasi pada bidang atau spesifikasi masing-masing.

Karena itu, ketika ada pasien dari tanah air bisa berpindah-pindah. Dalam satu rumah sakit, jika dipantau, hari ini masuk lantai satu. Dua hari berikutnya bisa naik ke lantai enam. Bisa pula pindah ke rumah sakit lain. "Pasien itu dipindah lantaran harus ditangani dokter ahlinya bila di rumah sakit sebelumnya tak ada tenaga medis yang diperlukan," ia menjelaskan.


Berpindahnya pasien tersebut jangan dipahami hilang. Tapi dipindahkan lantaran kasus penyakit yang dideritanya, jelasnya.

Soal pasien hilang ini, memang kerap dikeluhkan pihak kesehatan dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan. Soalnya, PPIH tak banyak memiliki tenaga untuk memantau seluruh jemaah Indonesia masuk rumah sakit Arab Saudi ketika musim haji.

Kini Jamilah merasakan nikmatnya bekerja di tanah suci. Selain mudah untuk melihat dari dekat Baitullah, Ka`bah, juga dapat meningkatkan kemampuan ilmunya yang diperoleh di tanah air. Ia pun mengaku masih ingin menyelesaikan kuliahnya, strata satu di Kampus Binawan, Jakarta Timur. Tapi niat itu belum juga kesampaian karena keburu dipanggil manajeman RS MCH Mekkah.

Di negeri ini, berbagai tenaga kesehatan dari berbagai negara Muslim berkerja. Ilmu kesehatan berkembang terus, sesuai perkembangan jaman. Dan, jamilah yang masih hidup dalam kesendirian itu merasakan bahwa kemampuan tenaga Indonesia di bidang ini tak lagi dapat dipandang sebelah mata.

Tenaga kesehatan dari tanah air di Arab Saudi sangat dihormati. Ini karena semata keseriusan pemerintah Arab Saudi dalam memberikan pelayanan kepada jemaah haji dari berbagai belahan dunia. Untuk itu, ia pun berharap, tenaga kesehatan lebih banyak dikirim ke tanah suci. Bukan tenaga kerja yang dikirim melahirkan ratapan anak tiri, kesedihan. 

Tiap tahun ada ratapan para tenaga kerja di negeri kaya ini, katanya.


0 komentar:

Posting Komentar