Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

KALIMAT TAUHID SATUKAN JAMAAH

Written By Unknown on Kamis, 12 Juni 2014 | 03.15



Catatan Edy Supriatna -Jika kelompok musik Bimbo melantunkan syair "ada anak bertanya pada bapaknya buat apa berlapar-lapar puasa ada anak bertanya pada bapaknya tadarus tarawih apalah gunanya", maka lagu tersebut punya korelasi kuat dengan pelaksanaan ibadah haji, khususnya musim haji 1431 H/2010 M ini.

Kenapa demikian, karena syairnya mengingatkan akan ibadah bagi umat muslim lainnya, terutma dalam ritual haji.

Lihat, buat apa umat Islam susah-susah ke tanah suci, mengeluarkan harta dan waktu, yang sesungguhnya bukan hanya untuk mendapatkan predikat haji atau hajiah bagi seorang muslimah. Tapi, tentu, lebih dari itu, yaitu mememnuhi panggilan-Nya dam tentu memohon keridoan Allah.

Tatkala menyaksikan lautan manusia dari berbagai penjuru dunia, yang diperkirakan mencapai 3 juta jiwa, menunaikan ibadah haji, terbetik di setiap benak umat muslim mengapa harus susah-susah di tanah haram berkumpul menunaikan ritual melelahkan itu.

Kegiatan seluruh rangkaian ibadah haji yang ditandai dengan wukuf, berdiam diri di Arafah, disusul mabit di Muzdalifah, lalu jumroh, tawaf ifadha, sai dan tahalul, sesungguhnya memiliki makna yang sarat dengan pesan Illahi.

Bahkan lebih dari itu, yaitu sebagai ungkapan pengakuan bagi umat muslim atas keagungan Allah SAW, sebagai pencipta jagat raya ini. Dia adalah adalah juga sebagai pembawa rahmat bagi umat manusia.

Bagi umat yang memiliki akal, kehadiran jutaan manusia dalam waktu yang sama, di tempat yang sama, punya pemahaman yang sama, tentu semua peristiwa kehadiran di tanah suci itu tak bisa pula disetarakan dan diukur dengan adanya suatu ketertarikan yang sama.

Jutaan umat manusia di kolong jagat ini bisa memiliki ketertarikan serupa, tapi belum tentu ketetarikan itu dapat membawa hikmah bagi kehidupan kini dan mendatang. Peristiwa pertandingan sepakbola dunia, misalnya, bisa disebut bahwa umat manusia memiliki ketertarikan disebabkan latarbelakang hobi, minat dan sebagai hiburan.

Namun, untuk peristiwa dan kegiatan ritual haji, ketertarikan umat bukan sekedar sebagai wisata rohani, tetapi lebih dari itu. Sebab, dalam ritual ini banyak memiliki dimensi sosial dan sarat makna bagi kehidupan pribadi maupun kesadaran kolektif manusia kini dan mendatang.

Allah itu maha pemurah dan penyayang terhadap umatnya. Karena itu, bagi orang yang punya kesadaran dan keyakinan tinggi (hakul yakin), maka kemampuan akan kebesaran Allah bisa dipahami melalui kemampuan membaca tanda-tanda kebesaranNya pula.

Jamarat

Pelaksanaan ibadah di Jamarat, mulai 16 hingga 18 Nopember 2010 ini, di tanah suci juga punya dimensi sosial dan pribadi. Jamarat yang dibangun berlantai lima dan tempatnya memberi kesan mewah, kini tengah diramaikan umat Islam dari seluruh dunia.

Lautan manusia dari berbagai ras, golongan dan latarbelakang bangsa "tumplek" di kawasan Mina, Mekkah itu. Ada yang berjalan berkelompok, per orangan bahkan ada yang tidur di trotoar jalan sambil mabit (bermalam) untuk mendapat kesempatan melempar jumroh.

Pemandangan lautan manusia tidur di tepi jalan bukan hal baru. Kendati pemerintah setempat sudah memfasilitasi tenda sebagai mabit di Mina, tetapi masih saja umat Islam gemar mabit dengan cara tidur di sisi jalan.

Hal ini memang sulit dihindari. Pasalnya, kawasan Mina terasa makin sesak. Karena itu, di kawasan ini kini dikenal pula sebagai Mina Jaddid, yaitu kawasan Mina -- melalui fatwa ulama setempat -- diperluas sebagai tempat mabit.

Lepas dari makin sesaknya kawasan Mina, yang jelas, menunaikan rukun Islam memiliki dayat tarik kuat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terjadi sebagai adanya peningkatan ekonomi seseorang, tetapi juga karena menguatnya kesadaran akan mentauhidkan Allah dirasakan amat penting.

Untuk itulah, tatkala umat Islam melaksanakan jumroh -- baik secara bergerombol dan perorangan -- kerap dari mulut mereka keluar kalimat tauhid, Allah Maha Besar. Tiada sekutu bagiNya dan Dialah yang patut disembah.

Kawasan jamarat hingga kini, meski panas menyengat kulit, masih dihiasi jemaah dari berbagai bangsa.
Mobil listrik

Pelaksanaan jomroh memang terasa melelahkan. Dapat membuat para jemaah terkuras tenaganya. Terlebih lokasi tempat melempar jumroh makin jauh, ada di setiap lantai dari lima lantai yang tersedia. Sehingga, bagi wanita uzur akan terasa sangat memberatkan.

Untuk itu, kerajaan Arab Saudi telah berupaya memfasilitasi jemaah pada lokasi jamarat itu berupa eskalator yang menghubungkan lantai satu hingga teratas.

Termasuk pula kehadiran KA monorel, yang kini baru bisa dinikmati 25 persen dari total jemaah yang ikut pelaksanaan ibadah haji.

Menyadari kesulitan orangtua yang ingin melaksanakan jumroh, pihak otoritas setempat telah menyediakan mobil listrik 124 buah yang beroperasi di sisi kanan dan kiri kawasan jamarat. Mobil listrik mirip dengan kendaraan di lapangan golf. Mobil listrik jenis itu yang biasa digunakan para pejabat di Jakarta ketika bermain golf.

Yang membedakan mobil listrik dan kendaraan golf adalah pada kapasitas tampungya. Mobil ini mampu menampung 12 orang duduk secara teratur. Mobil listrik tersebut beroperasi dikhususkan untuk mengangkut jemaah lanjut usia. Para jemaah tua tersebut mengantri dan diangkut tanpa dimintai ongkos alias gratis.

Mobil lnstrik ini diharapkan dapat memudahkan jemaah dalam memenuhi persyaratan rukun dan kewajiban berhaji di Jamarat.

Kendati ada kenyamanan di kawasan jamarat, langit kawasan Mina tetap dihiasi kalimat tauhid. Termasuk di jamarat. Baik yang tengah berjalan kaki untuk melakukan jumroh di ula, usta dan aqobah, maupun orang lanjut usia di atas mobil listrik.

Kenikmatan dalam beribadah ditimpali dengan rasa syukur akan kebesaran Allah. Karena itu pula, jamarat bukan sekedar tempat sebagai simbol dalam memerangi syaitan terkutuk tetapi telah menyatukan iman umat Muslim dari berbagai negara di satu kawasan.

Mereka itu semua, tak lain, hanya meminta keridoan Allah semata.




0 komentar:

Posting Komentar