Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

MENAG SAAT WUKUF INGATKAN PESAN RASULULLAH

Written By Unknown on Kamis, 12 Juni 2014 | 03.13

 Catatan Edy Supriatna -Arafah, 7/12 (MCH)—Iman yang tertanam dalam diri para sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama di antara kabilah Aus dan khazraj kata Amirul Haj Muhammad Maftuh Basyuni dalam pidato menyambut pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, Ahad.
Ia menjelaskan, semangat persaudaraan itu pulalah yang menggerakkan kaum Muslimin di Madinah -yang kemudian dikenal dengan julukan al-Anshar- untuk menyambut dan menerima dengan hangat kedatangan kaum Muhajirin, yaitu orang-orang Muslim yang terusir dari kampung halamannya di Mekkah.

Ia mengingatkan akan pesan-pesan Rasulullah SAW yang disampaikan saat khutbatul wadâ 15 abad yang lalu. Rasulullah SAW setelah 10 tahun mengatur dengan baik masyarakat Muslim di Madinah beliau melaksanakan ibadah haji untuk pertama dan terakhir yang dikenal dengan sebutan hajjatul wadâ (haji pamitan), karena tidak pernah lagi menunaikan ibadah haji sesudah itu sampai wafat.

Dalam khutbahnya beliau mengumandangkan pokok-pokok ajaran Islam yang bersifat universal, yang artinya: “Wahai umat manusia, dengarkanlah ucapanku, sebab saya tidak tahu, boleh jadi saya tidak akan bisa bertemu selamanya dengan kalian setelah tahun ini, di tempat ini. Sesungguhnya darah kalian haram (untuk ditumpahkan), dan harta kalian haram (untuk dirampas).”
Keduanya harus dipelihara seperti halnya hari, bulan dan tempat ini yang harus dipelihara. Segala sesuatu yang berasal dari tradisi jahiliyah telah kucampakkan. Pertumpahan darah yang pertama kali aku larang adalah pembunuhan terhadap putra Rabi`ab bin al-Harits yang dilakukan oleh suku Huzail saat ia dalam masa penyusuan di tengah kabilah Bani Sa`ad. Praktek riba ala jahiliyah juga telah dilarang. Prektek riba yang pertama kali kularang adalah yang dilakukan Abbas bin Abdul Muttalib.
Semuanya telah terlarang. Bertaqwalah dan hati-hatilah dalam soal perempuan. Sesungguhnya kalian telah memperisteri mereka dengan amanat Allah, dan halal untuk kalian ‘nikmati’ dengan kalimat Allah, (maka peliharalah). Hak kalian yang wajib mereka penuhi adalah tidak berzina dan berselingkuh dengan lelaki lain. Kalau mereka lakukan itu maka pukullah dengan pukulan yang tidak melukai dan menyakitkan. Sedangkan hak mereka yang harus kalian penuhi adalah memberi rezeki dan sandang dengan cara yang patut. Telah aku tinggalkan kepada kalian Al-Qur`an. Kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada kitab suci tersebut.

Dari pesan-pesan khutbah beliau, menurut Menteri Agama, satu di antarnya adalah pentingnya menggalang persaudaraan yang tercermin dalam larangan saling bermusuhan.
Salah satu sendi masyarakat yang dibangun adalah mempersatukan masyarakat dalam wadah persaudaraan. Iman yang tertanam dalam diri para sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama di antara kabilah Aus dan khazraj.
“Semangat persaudaraan itu pulalah yang menggerakkan kaum Muslimin di Madinah -yang kemudian dikenal dengan julukan al-Anshar- untuk menyambut dan menerima dengan hangat kedatangan kaum Muhajirin, yaitu orang-orang Muslim yang terusir dari kampung halamannya di Mekkah,” katanya menjelaskan.
Kisah mereka itu, lanjut Amirul Haj, dapat disimak dalam Al-Qur`an surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya “Dan orang-orang yang telah berdomisili di Kota Madinah dan telah beriman, yakni Anshar, sebelum kedatangan kaum Muhajirin, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak punya pamrih terhadap apa yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin, dan mereka lebih mengutamakan orang-orang Muhajirin dari pada diri mereka sendiri walaupun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Persatuan
Persaudaraan itu begitu mendalam dan meleburkan berbagai kepentingan pribadi dan kelompok dalam wadah kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Dalam wadah tersebut, beragam suku dan kabilah, warna kulit dan ras hidup secara rukun dan damai, tanpa merasa dibeda-bedakan. Persaudaraan mereka diilustrasikan dalam sebuah hadis Rasul bagaikan seperti satu tubuh.
Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal tenggang rasa dan jalinan kasih sayang antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh menderita sakit maka bagian tubuh yang lain akan panas dan demam.
“Jika salah satu bagian dari mereka tersakiti, yang lain ikut merasakannya. Solidaritas dan kepedulian antara sesama di kalangan mereka begitu tinggi melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan kelompok.” katanya.
Dalam konteks ini Menag mengajak umat Islam untuk bersyukur. Berkat rahmat Allah swt NKRI sampai hari ini masih utuh dan mudah-mudahan hingga akhir zaman. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang menghadapi dua masalah besar yang kalau lengah akan menjadi petaka besar.
Pertama : krisis global yang melanda dunia. Alhamdulillah pangan lebih dari cukup. Tinggal bangsa Indonesia harus bersatu padu, seiya sekata dalam menghadapi krisis ini sehingga mampu melampauinya dengan selamat.
Kedua : suhu politik menjelang Pemilu legislatif dan Pilpres semakin terasa meningkat, bila tidak dikelola dan disikapi secara arif akan menimbulkan banyak persoalan.
Gesekan dan persinggungan antara berbagai kepentingan akan mudah sekali menyulut konflik di tengah masyarakat. Karena itu, di Padang Arafah yang penuh berkah ini, Maftuh menyerukan kepada segenap masyarakat Indonesia, baik yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci maupun yang berada di tanah air, untuk meneguhkan kembali tekad memelihara persatuan dan kesatuan dalam wadah persaudaraan sebangsa dan setanah air.


“PEMILU hanyalah sebuah proses dan jalan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Maka sangatlah naif bila kita terjebak dalam kemelut proses yang berkepanjangan, sementara tujuan yang sebenarnya terlupakan. Kita berharap persatuan dan kesatuan bangsa tidak tergadaikan oleh kepentingan pribadi dan kelompok,` katanya.
Sebagai bangsa, semua pihak berkepentingan untuk mensukseskannya, sebab Indonesia membutuhkan sistem pemerintahan yang tangguh untuk menghadapi badai krisis keuangan global yang dampaknya akan semakin dirasakan oleh banyak kalangan di tahun 2009. “Kita akan bisa menghadapi itu dengan bermodalkan persatuan dan kepedulian,” ia menjelaskan. Dengan bersatu, katanya, bangsa Indonesia akan bisa membangun negeri, sebaliknya dengan berpecah belah dan saling bermusuhan akan gagal dan kehilangan harkat dan martabat sebagai bangsa.
Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal : 46 yang artinya : “Dan janganlah kalian berbantah-bantahan dan bermusuhan, yang akan menyebabkan kamu gagal dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
PEMILU hanyalah sebuah jalan untuk menyalurkan berbagai aspirasi dalam rangka membangun dan memajukan bangsa. Karena itu marilah bersikap jantan, yakni siap menang dan siap pula kalah. Bagi pemenang tidak boleh membusungkan dada, congkak dan takabbur. Sebaliknya pihak yang kalah harus legowo menerima kekalahannya, bahkan akan sangat terhormat kalau ucapkan selamat kepada yang menang dan siap mendukungnya. Obama dan Mc Cain merupakan pribadi-pribadi yang sangat baik untuk dicontoh.
Bagi yang sedang melaksanakan ibadah haji, menteri menjelaskan, tentu sangat berkepentingan untuk mendapatkan haji mabrur. Apa itu haji mabrur? Ternyata tak seorang pun yang mampu memberikan definisi haji mabrur. Orang hanya mampu memberikan sinyal atau tanda-tanda haji mabrur itu. Ada yang mengatakan tanda-tandanya adalah perbuatan dan tingkah lakunya lebih baik dari sebelum berhaji.
Rasulullah saw ketika ditanya tanda-tanda haji mabrur, beliau menjawabnya dengan dua hal ; memberi makan orang miskin dan menebar salam. Memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian, dan menebar salam adalah simbol kedamaian. Karena itu, bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah air.(Edy Supriatna Sjafei)



0 komentar:

Posting Komentar