Catatan Edy
Supriatna -Arafah, 7/12 (MCH)—Iman yang tertanam dalam diri para
sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama
di antara kabilah Aus dan khazraj kata Amirul Haj Muhammad Maftuh Basyuni dalam
pidato menyambut pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, Ahad.
Ia
menjelaskan, semangat persaudaraan itu pulalah yang menggerakkan kaum Muslimin
di Madinah -yang kemudian dikenal dengan julukan al-Anshar- untuk menyambut dan
menerima dengan hangat kedatangan kaum Muhajirin, yaitu orang-orang Muslim yang
terusir dari kampung halamannya di Mekkah.
Ia
mengingatkan akan pesan-pesan Rasulullah SAW yang disampaikan saat
khutbatul wadâ 15 abad yang lalu. Rasulullah SAW setelah 10 tahun
mengatur dengan baik masyarakat Muslim di Madinah beliau melaksanakan ibadah
haji untuk pertama dan terakhir yang dikenal dengan sebutan hajjatul wadâ (haji
pamitan), karena tidak pernah lagi menunaikan ibadah haji sesudah itu sampai
wafat.
Dalam khutbahnya beliau mengumandangkan pokok-pokok ajaran
Islam yang bersifat universal, yang artinya: “Wahai umat manusia, dengarkanlah
ucapanku, sebab saya tidak tahu, boleh jadi saya tidak akan bisa bertemu
selamanya dengan kalian setelah tahun ini, di tempat ini. Sesungguhnya darah
kalian haram (untuk ditumpahkan), dan harta kalian haram (untuk dirampas).”
Keduanya
harus dipelihara seperti halnya hari, bulan dan tempat ini yang harus
dipelihara. Segala sesuatu yang berasal dari tradisi jahiliyah telah
kucampakkan. Pertumpahan darah yang pertama kali aku larang adalah pembunuhan
terhadap putra Rabi`ab bin al-Harits yang dilakukan oleh suku Huzail saat ia
dalam masa penyusuan di tengah kabilah Bani Sa`ad. Praktek riba ala jahiliyah
juga telah dilarang. Prektek riba yang pertama kali kularang adalah yang
dilakukan Abbas bin Abdul Muttalib.
Semuanya
telah terlarang. Bertaqwalah dan hati-hatilah dalam soal perempuan.
Sesungguhnya kalian telah memperisteri mereka dengan amanat Allah, dan halal
untuk kalian ‘nikmati’ dengan kalimat Allah, (maka peliharalah). Hak kalian
yang wajib mereka penuhi adalah tidak berzina dan berselingkuh dengan lelaki
lain. Kalau mereka lakukan itu maka pukullah dengan pukulan yang tidak melukai
dan menyakitkan. Sedangkan hak mereka yang harus kalian penuhi adalah memberi
rezeki dan sandang dengan cara yang patut. Telah aku tinggalkan kepada kalian
Al-Qur`an. Kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada kitab suci
tersebut.
Dari
pesan-pesan khutbah beliau, menurut Menteri Agama, satu di antarnya adalah
pentingnya menggalang persaudaraan yang tercermin dalam larangan saling
bermusuhan.
Salah satu sendi masyarakat yang dibangun adalah mempersatukan masyarakat dalam wadah persaudaraan. Iman yang tertanam dalam diri para sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama di antara kabilah Aus dan khazraj.
Salah satu sendi masyarakat yang dibangun adalah mempersatukan masyarakat dalam wadah persaudaraan. Iman yang tertanam dalam diri para sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama di antara kabilah Aus dan khazraj.
“Semangat
persaudaraan itu pulalah yang menggerakkan kaum Muslimin di Madinah -yang
kemudian dikenal dengan julukan al-Anshar- untuk menyambut dan menerima dengan
hangat kedatangan kaum Muhajirin, yaitu orang-orang Muslim yang terusir dari
kampung halamannya di Mekkah,” katanya menjelaskan.
Kisah
mereka itu, lanjut Amirul Haj, dapat disimak dalam Al-Qur`an surah al-Hasyr
ayat 9 yang artinya “Dan orang-orang yang telah berdomisili di Kota Madinah dan
telah beriman, yakni Anshar, sebelum kedatangan kaum Muhajirin, mereka
mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak punya pamrih
terhadap apa yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin, dan mereka lebih
mengutamakan orang-orang Muhajirin dari pada diri mereka sendiri walaupun
mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Persatuan
Persaudaraan
itu begitu mendalam dan meleburkan berbagai kepentingan pribadi dan kelompok
dalam wadah kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Dalam wadah tersebut, beragam
suku dan kabilah, warna kulit dan ras hidup secara rukun dan damai, tanpa
merasa dibeda-bedakan. Persaudaraan mereka diilustrasikan dalam sebuah hadis
Rasul bagaikan seperti satu tubuh.
Perumpamaan
orang-orang Mukmin dalam hal tenggang rasa dan jalinan kasih sayang antara
mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh menderita sakit maka
bagian tubuh yang lain akan panas dan demam.
“Jika
salah satu bagian dari mereka tersakiti, yang lain ikut merasakannya.
Solidaritas dan kepedulian antara sesama di kalangan mereka begitu tinggi
melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan kelompok.” katanya.
Dalam
konteks ini Menag mengajak umat Islam untuk bersyukur. Berkat rahmat Allah
swt NKRI sampai hari ini masih utuh dan mudah-mudahan hingga akhir
zaman. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang menghadapi dua masalah besar yang
kalau lengah akan menjadi petaka besar.
Pertama
: krisis global yang melanda dunia. Alhamdulillah pangan lebih dari cukup.
Tinggal bangsa Indonesia harus bersatu padu, seiya sekata dalam menghadapi
krisis ini sehingga mampu melampauinya dengan selamat.
Kedua
: suhu politik menjelang Pemilu legislatif dan Pilpres semakin terasa
meningkat, bila tidak dikelola dan disikapi secara arif akan menimbulkan banyak
persoalan.
Gesekan
dan persinggungan antara berbagai kepentingan akan mudah sekali menyulut
konflik di tengah masyarakat. Karena itu, di Padang Arafah yang penuh berkah
ini, Maftuh menyerukan kepada segenap masyarakat Indonesia, baik yang sedang
melaksanakan ibadah haji di tanah suci maupun yang berada di tanah air, untuk
meneguhkan kembali tekad memelihara persatuan dan kesatuan dalam wadah
persaudaraan sebangsa dan setanah air.
“PEMILU hanyalah
sebuah proses dan jalan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Maka
sangatlah naif bila kita terjebak dalam kemelut proses yang berkepanjangan,
sementara tujuan yang sebenarnya terlupakan. Kita berharap persatuan dan
kesatuan bangsa tidak tergadaikan oleh kepentingan pribadi dan kelompok,`
katanya.
Sebagai
bangsa, semua pihak berkepentingan untuk mensukseskannya, sebab Indonesia
membutuhkan sistem pemerintahan yang tangguh untuk menghadapi badai krisis
keuangan global yang dampaknya akan semakin dirasakan oleh banyak kalangan di
tahun 2009. “Kita akan bisa menghadapi itu dengan bermodalkan persatuan dan
kepedulian,” ia menjelaskan. Dengan bersatu, katanya, bangsa Indonesia akan
bisa membangun negeri, sebaliknya dengan berpecah belah dan saling bermusuhan
akan gagal dan kehilangan harkat dan martabat sebagai bangsa.
Allah
berfirman dalam QS. Al-Anfal : 46 yang artinya : “Dan janganlah kalian
berbantah-bantahan dan bermusuhan, yang akan menyebabkan kamu gagal dan hilang
kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
PEMILU hanyalah
sebuah jalan untuk menyalurkan berbagai aspirasi dalam rangka membangun dan
memajukan bangsa. Karena itu marilah bersikap jantan, yakni siap menang dan
siap pula kalah. Bagi pemenang tidak boleh membusungkan dada, congkak dan
takabbur. Sebaliknya pihak yang kalah harus legowo menerima kekalahannya,
bahkan akan sangat terhormat kalau ucapkan selamat kepada yang menang dan siap
mendukungnya. Obama dan Mc Cain merupakan pribadi-pribadi yang sangat baik
untuk dicontoh.
Bagi
yang sedang melaksanakan ibadah haji, menteri menjelaskan, tentu sangat berkepentingan
untuk mendapatkan haji mabrur. Apa itu haji mabrur? Ternyata tak seorang pun
yang mampu memberikan definisi haji mabrur. Orang hanya mampu memberikan sinyal
atau tanda-tanda haji mabrur itu. Ada yang mengatakan tanda-tandanya adalah
perbuatan dan tingkah lakunya lebih baik dari sebelum berhaji.
Rasulullah
saw ketika ditanya tanda-tanda haji mabrur, beliau menjawabnya dengan dua hal ;
memberi makan orang miskin dan menebar salam. Memberi makan fakir miskin adalah
simbol kepedulian, dan menebar salam adalah simbol kedamaian. Karena itu, bila
ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian
sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah
air.(Edy Supriatna Sjafei)
0 komentar:
Posting Komentar