Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

PESILAT TUA ITU AKAN PERGI HAJI

Written By Unknown on Kamis, 12 Juni 2014 | 03.10

 Catatan Edy Supriatna -Usianya sudah 56 tahun, tapi gerakan tubuhnya yang ramping dengan tinggi badan 165 cm masih mampu menunjukkan kemahirannya dalam bersilat.

Sorot matanya pun masih tajam. Membaca buku dan Al Qur'an pun tak menggunakan kacamata sebagaimana pada orangtua seumurnya.

Itulah Muhammad Yusuf, orangtua yang ditokohkan di kampung Tanjung Batu Barat, Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Ia memang pandai bersilat. Juga ditokohkan oleh warga desanya, meski begitu ia merendah ketika berhadapan orang lain.

Pak Yusuf, biasa orang memanggilnya demikian, selalu hadir ketika warga sedang gembira maupun dalam kesulitan.Tatkala ada warga meninggal, ia ada di lokasi orang yang sedang kesusahan. Dia ikut menyolatkan dan mengantar sampai ke pemakaman.

Itu biasa dilakukan. Di desanya, Yusuf menjadi imam tetap di Mushola Jamiatul Rohmat. Di samping itu, ia juga jadi imam Masjid Nurul Nabawi. Di masjid itu, aktivitasnya sudah 20 tahun yang diawali sebagai khotib.

"Sekarang sudah tua, yang jadi khotib harus yang muda," cerita Yusuf sambil menghisap rokoknya dalam-dalam pada percakapan di desanya, Ahad malam (24/6).

Ketika ada warga tengah bersuka ria, pak Yusuf hadir. Dalam suatu resepsi acara pengantenan, dia ikut mengiringi arak-arakan penganten dengan mengawali kata pembuka dengan membaca shalawat. Lantas ia berjalan beriringan bersama rombongan penganten dan pengiring musik robana hingga ke tempat pelaminan.

Usai itu, ia tampil ke muka di hadapan rombongan. Dengan gerakan lincah, sorot mata tajam bak singa menerkam mangsa, pak Yunus dengan kumis putih tipis, menyuguhkan kebolehannya dalam bersilat. Kembang silat gaya menyerang itu mengundang decak kagum hadirin.

Ia pun mendapat sambutan hangat. Hadirin tepuk tangan seusai pak Yusuf menutup gerakan silatnya sambil memberi salam kepada kedua mempelai.

Mohammad Yusuf bin Kasim belajar silat dari orangtuanya ketika masih berusia muda di Kampar. Itu didapat lantaran ia dari enam bersaudara ini termasuk anak yang paling disayang orangtuanya.

Entah kenapa, suatu saat, cerita dia, kakak-kakaknya merasa jengkel kenapa dia saja yang paling disayang. Karena itu, ketika ayahnya pergi, Yusuf kerap mendapat perlakuan kasar.

Perlakuan kasar dari kakaknya itu lantas diketahui orangtuanya. Lalu, ayahnya mengajari silat Yusuf. Dengan cara itu, ketika kakaknya hendak memukul, Yusuf bisa membalas dengan cara mengelak.

"Sesekali saya membuat gebrakan dan memberikan pelajaran kepada sudara tertua. Sejak itu, ia merasa kapok," ia menuturkan.


Hendak berhaji 

Moh. Yusuf bin Kasan mengaku pada musim haji 2012 akan berangkat haji bersama isterinya, Nuriah. Ayah beranak satu itu mengaku sudah mengikuti manasik haji di tingkat Kecamatan Kundur sebanyak 11 kali. Kegiatan serupa juga akan dilakukan di tingkat Kabupaten, di Tanjung Balai Karimun sebanyak empat kali. Hal ini belum dilaksanakan, karena menunggu instruksi Kepala Kantor Kementerian Agama, Drs. H. Afrizal.

Hanya saja mulai Senin, 25/6, ia bersama dengan delapan rekannya diharuskan membuat paspor. Pekerjaan pembuatan paspor pada Senin (25/6) merupakan hari pertama pembuatan paspor di kantor imigrasi Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Jumlah jemaah haji dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun pada musim haji 2012 sebanyak 182 orang, sebanyak 50 persen rata-rata berusia di atas 55 tahun alias bagi usia pegawai negeri sudah pensiun, kata Afrizal ketika dijumpai di kantornya, Senin (25/6).

Afrizal mengatakan, manasik haji di tingkat kabupaten akan dilaksanakan empat kali lagi. Setelah itu akan dilanjutkan brupa pembekalan selama satu hari. Pada acara pembekalan itulah nanti seluruh calon jemaah haji akan dimasukkan ke asrama haji atau dikarantinakan selama satu hari. Untuk ini, seluruh pembiayaan akan ditanggung pemerintah.

Untuk transportasi lokal, pemberangkatan calon haji akan ditanggung pemerintah daerah.

"Ini merupakan bentuk kepedulian Pemda terhadap calon haji yang juga merupakan tamu Allah," Afrizal menjelaskan.

Soal penunjukan kepala rombongan (karom), ia mengakui, ada yang langsung ditetapkan melalui pemilihan. Tapi ada pula yang melalui penunjukan langsung seperti pak Yusuf, pesilat tua dari 
di kampung Tanjung Batu Bara, Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.

Pak Yusuf diberi tanggung jawab memimpin rombongan dengan anggota sebanyak 44 orang. Yusuf mengaku tak punya pengalaman berhaji tapi ditunjuk menjadi ketua rombongan oleh anggota secara spontan.

Ayah dari satu anak yang masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Atas itu akan menunaikan ibadah haji bersama istrinya Nuriah. Sayangnya, menurut pengakuannya, pelunasan ongkos haji (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji/BPIH) belum tahu kapan harus diselesaikan.

"Saya ingin cepat melunasi, karena urusan masih banyak. Sebab, saya banyak dosa dan harus mendatangi orang yang pernah saya sakiti," kata Yusuf dengan suara parau dan menitikkan air mata.






























0 komentar:

Posting Komentar