Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Kemenag Kutuk Kekerasan Mengatasnamakan Agama

Written By Unknown on Minggu, 15 Juni 2014 | 20.17


Catatan Edy Supriatna - Jakarta (Antara Kalbar) - Kementerian Agama (Kemenag) mengutuk aksi kekerasan atas nama agama seperti yang terjadi pada perusakan rumah milik kelompok Ahmadiyah di Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (5/5/2013), yang dilakukan oleh sekelompok orang.

Semua pihak harus menahan diri. Kemenag berharap aparat berwajib segera menyelesaikan persoalan ini jangan sampai meluas, kata Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (KUB), Ahmad Gunaryo kepada Antara di Jakarta, Rabu (8/5).

"Saya mengutuk tindakan kekerasan seperti itu. Itu tindakan biadab," kata Ahmad Gunaryo lagi.

Jika ada perbedaan pemahaman hendaknya pihak-pihak terkait  dapat berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Bukan main kekerasan dan bertindak sendiri.

"Itulah fungsinya kita memiliki pemerintah. Semua harus mengikuti aturan yang sudah ada dan disepakati, " kata Gunaryo yang mengaku akan tampil pada Rabu (8/5) pada acara kerukunan umat beragama di Poso. Persoalan agama adalah hal yang sensitif tetapi pasti ada jalan keluarnya jika menghadapi perbedaan.

Gunaryo memberi apresiasi terhadap pihak berwajib yang cepat melakukan pengamanan.  Aparat gabungan dari TNI dan Polri kini masih bersiaga pasca perusakan rumah dan masjid milik jemaah Ahmadiyah di Kampung Cikuray, Desa Tenjowaringin dan Kampung Sindang RT 11/03, Desa Cipakat, Tasikmalaya. Aparat menjaga rumah dan masjid.

Penjagaan juga dilakukan di Singaparna. Dan agar peristiwa tersebut tak terulang lagi, menurut Gunaryo, harus dilakukan dialog.

"Dialog adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan perbedaan yang ada," ia menegaskan.
    
Bukan negara agama

Bangsa Indonesia hidup dengan ideologi Pancasila. Bukan di negara agama.

"Kita hidup di negara Pancasila, bukan negara agama," ia menegaskan.

Jemaah Ahmadiyah, Asep Rahmat Ali (45) mengatakan, polisi termasuk petinggi Polres sudah berada di lokasi kejadian, sebelum perusakan berlangsung. Truk Dalmas pun sempat memblokade Jalan Babakan, akan tetapi masa malah datang dari barat.
Kapolsek Singaparna, Kompol Nono Suyatno, mengatakan sebelum kejadian perusakan ini telah ada blokade yang dilakukan truk Dalmas di Jalan Babakan. Karena massa dalam jumlah besar, anggota polisi tidak bisa berbuat banyak dan memilih menghindar.

"Kami dan anggota lainnya hanya bisa  memantau aksi dari kejauhan. Karena  massa sangat brutal, dan kebanyakan menggunakan penutup wajah. Tidak hanya itu, massa dan anggota tidak sebanding untuk melakukan perlawanan dan penangkapan," tuturnya.

Sebelumnya Menteri Agama Suryadharma Ali juga menyatakan mengecam tindakan kekerasan tersebut. Tindak kekerasan atas nama apapun, termasuk atas nama agama atau perbedaan aliran keagamaan, tidak dapat dibenarkan.

Suryadharma Ali menegaskan, agama mengajarkan kedamaian, dan tidak mengajarkan kekerasan. Perbedaan pendapat dalam beragama memang ada, namun, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan tindak kekerasan.

"Setiap persoalan yang muncul karena adanya perbedaan pandangan agar diselesaikan lewat dialog yang konstruktif dan penuh persaudaraan," ujar Menag.




0 komentar:

Posting Komentar