Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

PADATNYA MAKKAH TAK GANGGU RITUAL HAJI

Written By Unknown on Kamis, 12 Juni 2014 | 03.22

Catatan Edy Supriatna - Kota Mekkah makin padat, lalu lintasnyanya pun terlihat makin semraut disusul perilaku sopir warga setempat yang terlihat temperamental, emosional dan bersuara keras namun cepat memaafkan bila sudah saling berhadapan akibat senggolan mobil di sebuah ruas jalan.
Pelaksanaan ritual ibadah haji makin dekat. Anggota jemaah haji dari berbagai negara sudah tumplek di kota tersebut. Penjagaan di sejumlah ruas kota, terutama masuk kota Mekkah dari Jeddah, makin diperketat.
Jemaah tanpa identitas diburu. Kerumunan orang di tepi jalan yang berpura-pura hendak sholat zuhur di sebuah ruas jalan Jeddah-Mekkah diciduk askar karena mereka tak punya identias. Masuk kota suci Mekkah harus punya kartu pengenal. Jika tak punya, orang bersangkutan akan berurusan dengan pihak berwajib yang kemudian berujung dipulangkan ke negara asal secara paksa.
Terkait dengan ibadah haji, jumlah jemaah calon haji Indonesia di Madinah saat ini terus berkurang, kini bergeser ke Mekkah. Mendekatnya ritual puncak pelaksanaan ibadah haji 1429 H/2008 M kota Mekkah, memang, seolah berubah keadaannya. Siang dan malam tak ada bedanya lantaran ramai dan lampu penerang cukup banyak di berbagai pondokan.

Data dihimpun dari Informasi Siskohat sampai dengan saat ini sekitar 150 anggota 70 persen jemaah haji Indonesia sudah berada di Arab Saudi. Sekitar 60 persen berada di Mekkah, sisanya masih di Madinah dan memasuki Jeddah untuk segera masuk kota Mekkah. Indonesia dalam musim haji 1429 H ini memperoleh kuota haji 210 ribu orang.

Menteri Haji Kerajaan Arab Saudi Dr. Fuad Al-Farsi yang dikutip harian Asyarqul Awsath, Arab Saudi, jumlah jamaah haji tahun 1429 Hijriyah ini secara keseluruhan diperkirakan menurun sampai 500.000 jemaah.
Kemerosotan itu diakibatkan pengetatatan aturan yang diberlakukan sejak tahun ini. "Kami menerapkan sanksi kurungan serta denda, kata Fuad Al-Farsi.
Ia menjelaskan, jumlah jemaah haji keseluruhan tahun ini akan mencapai tiga juta jemaah. Beberapa kantor pendaftaran haji haji di kota-kota Saudi masih sepi. Media Arab Saudi mengungkapkan bahwa kenaikan tiket penerbangan dalam negeri yang melonjak 50 persen diduga menjadi salah satu penyebab merosotnya jumlah jemaah haji dalam negeri tahun ini.
Kendati ada penurunan, namun kesibuan di kota suci itu makin terasa belakangan ini. Puluhan orang kerap terlihat di sejumlah ruas jalan pulang pergi ke Masjidil Haram. Utamanya jelang sholat Jumat, jemaah haji memenuhi hampir semua sudut pelataran masjid tersebut. Balkon Masjidil Haram pun sudah digunakan untuk thawaf, meski orang melakukannya dengan putarannya lebih lama.

Di sisi lain, sejumlah jemaah dari berbagai negara sudah menempati pemondokannya masing-masing. Ada di antara anggota jemaah tersebut merasa kelelahan akibat melakukan perjalanan terlalu jauh. Meski begitu ada yang mengaku gembira, karena kelelahan tersebut sudah terbanyar dapat melihat Ka`bah, tempat umat Muslim menghadap ketika melakukan sholat.
Ada pula anggota jemaah mengaku jengkel karena perjalanannya tak sesuai harapan. Mereka merasa terlantar. "Biaya yang dikeluarkan Rp50 juta, tapi tak diurus dengan baik," kata seorang jemaah haji Ongkos Naik Haji (ONH) plus dari Makassar.
Ibu yang tak mau menyebut jati dirinya itu mengaku terpisah dengan suaminya di Bandara Kuala Lumpur berhari-hari karena manajemen salah satu perusahaan tersebut tak profesional dalam menyelenggarakan ibadah haji.
"Kesal," ujar ibu tua itu dengan nada emosional tinggi setibanya di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, belum lama ini.
Pondokan

Jauhnya pemondokan dengan Masjidil Haram, seperti juga tahun lalu, menjadi keluhan paling banyak dari anggota jemaah haji. Bukan hanya dari tanah air, warga Malaysia dan beberapa negara di timur tengah, seperti Turki, India, Pakistan dan Iraq mengaku merasa jauh dengan Masjidil Haram.
Perluasan masjid terbesar tersebut membawa dampak luas bagi anggota jemaah haji dan pelaksanaan ritual haji 1429 H. "Jauh. Sekarang jauh. Tapi, tak ape. Ini dalam ranke ibadah," ungkap Omar Yusuf, calon haji dari Malaysia, yang dijumpai usai sholat Subuh di Masjidil Haram.
Masalah perumahan bukan hal mudah. Indonesia yang memiliki anggota jamaah haji terbanyak. Jadi, punya nilai tawar tinggi tetapi sekaligus menjadi kelemahan. Sebab, dengan jamaah yang paling banyak, kebutuhan rumah juga semakin tinggi sehingga pemilik rumah di Arab Saudi leluasa memainkan harga rumah, kata Kepala Teknis Urusan Haji (TUH) Nursamad Kamba.
Jadi, bila diributkan berapa besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Maka, jelas harga pondokan naik duluan. "Baiknya, kita diam-diam saja menyewa rumah baik di ring satu maupun di ring dua. Dan kita langsung bayar. Selebihnya, kita tutup kantor seakan-akan tidak butuh rumah lagi agar harga sewa tidak naik. Sebab, harga sewa rumah di Mekkah sangat ditentukan oleh Indonesia dengan kondisi jamaahnya yang paling banyak," katanya.
Setelah pemerintah sudah mendapatkan dan menyewa lebih 50 persen perumahaan, baru dibahas masalah BPIH. "Tinggal menyesuaikan dengan harga yang pernah kita bayar duluan,"katanya.
Nur Samad berpendapat, masalah pemondokan harus diklasifikasikan dengan kemampuan jamaah dari sisi pendapatan kalangan bawah, menengah, dan ekonomi kuat. 

Untuk memberikan kenyaman bagi jemaah haji, wakil anggota DPR RI,Said Abdullah dalam percakapan di Media Center Haji (MCH) Jeddah, Sabtu, mengatakan, harus ada upaya bersama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi.
Upaya itu dimaksudkan agar tak ada kapitalisasi dalam penyelenggaraan haji. Idealnya pemerintah setempat menerapkan standarisasi untuk setiap gedung/ hotel bagi jemaah. Ada kriterianya, seperti golongan A hingga D disusul harga sewa. Dengan demikian, dari segi kelayakan dan harga dapat dipertanggungjawabkan.
Ia melihat kencenderungan itu makin nampak. Utamanya dari segi pelayanan, seperti pemondokan bagi anggota jemaah haji yang hingga kini tak ada standarisasi dari pemerintah Arab Saudi. Jadi, jangan heran jika ada sebuah rumah yang sudah dikontrak kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan ada jemaah Indonesia merasa, "Sudah jauh dari Masjidil Haram, buruk pula pondokannya."
Kedepan pemerintah Indonesia -- dalam hal ini Departemen Agama -- perlu melakukan lobi tingkat tinggi untuk mengubah kendisi pemondokan bagi calon jemaah haji dari berbagai negara. Salah satu cara adalah melakukan pendekatan dengan sejumlah negara Organisasi Konperensi Islam (OKI) guna mengubah sistem pemondokan yang berlaku dewasa ini.
Jika hal itu dapat dilakukan, menurut Said, kapitalisasi haji dapat dihindari. Demikian pula dalam persoalan transportasi, pemerintah negeri kaya minyak itu perlu pula melakukan regulasi.
Transportasi
Titik lemah Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH), khususnya yang menangani transportasi, adalah kurangnya tenaga lapangan sebagai dampak jauhnya pemondokan ke Masjidil Haram. Belum diketahui berapa banyak tenaga PPIH yang dikerahkan untuk menangani bidang transportasi ini. Yang jelas, 30 orang tenaga dari Madinah sudah digeser ke Mekkah.

Sopir berkebangsaan Mesir, menurut laporan dari jemaah, tergolong malas. Dan, hal ini juga dibenarkan para petugas. Padahal kerap kali diingatkan bahwa pergerakan bus sudah diatur sedemikian rupa, namun tetap saja membantah.

Hal lain, yang menyebabkan masalah transportasi makin semraut adalah kemacetan di kota Mekkah itu sendiri. Terlebih menjelang puncak haji, kendaraan bus diatur pos-pos pemberhentiannya. Termasuk untuk bus pengangkut jemaah yang kini berjarak 800 meter dari Masjidil Haram, kemungkinan pos pemberhentiannya akan digeser lebih jauh lagi.

"Ini sudah merupakan kebijakan pemerintah setempat dan tak bisa ditawar. Sebab, kota Mekkah makin padat," ujar Kadaker Mekkah, Zaenal Supi.

Terkait dengan kenyataan ini, anggota Komisi VIII DPR, Said Abdullah minta PPHI konsentrasi pada pelayanan transportasi. "Kita sduah tidak lagi bicara masalah pondokan, kita tidak bicara lagi masalah perumahan tapi konsentrasi kita pada masalah transportasi, bagaimana memudahkan jamaah," ia menegaskan.

Dua pekan menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji, jamaah haji akan mulai terkonsentrasi di Mekkah. Bukan hanya berasal dari Indonesia akan tetapi seluruh negara-negara dunia. Sebagai penyumbang jamaah haji terbanyak, PPIH, tentu harus kerja ekstra keras untuk memberikan pelayanan maksimal terhadap jamaah yang tengah menunaikan rukun Islam kelima itu.

"Saya minta dengan segera, dengan rasa apresiasi kepada PPIH untuk mengkonsentrasikan semua pikiran, tenaga, pelayanan menjelang hari H. Karena kita sudah tidak lagi bicara masalah pondokan, kita tidak bicara lagi masalah perumahan tapi konsentrasi kita pada masalah transportasi untuk memudahkan jamaah," ia mengimbau.(Edy Supriatna Sjafei)












0 komentar:

Posting Komentar