Catatan Edy Supriatna - Sambut tahun baru, belasan pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Kementerian Agama, menggelar acara ramah-tamah dengan beberapa mantan dirjen PHU antara lain KH Amidhan, Ghazali, Mubarok, Taufik Kamil dan Slamet Riyanto di sebuah hotel di Gejayan, Yogyakarta, Jumat malam (21/12). Tak ketinggalan juga, ikut hadir dalam kegiatan itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Yogyakarta, Maskul Haji. Pertemuan itu berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan.
Dalam kesempatan itu, Dirjen PHU Anggito Abimanyu memaparkan pentingnya
seorang pemimpin bersinergi dan meminta pendapat kepada yang lebih tua.
Keberhasilan suatu organisasi tidak akan lahir kalau tidak ada sinergi serta
komunikasi antara senior dan junior.
"Bagaimanapun saya adalah manusia biasa. Masukan-masukan dari para
sesepuh haji sangat kami perlukan. Sebab, masih banyak pekerjaan yang belum
selesai. Dan, tantangan makin berat, sehingga, perlu lebih keras lagi bekerja,
untuk melayani umat. Khususnya, tamu-tamu Allah yang ingin pergi haji ke Tanah
Suci," ucap Anggito saat memberikan sambutan.
Watak jamaah memang selalu ingin pelayanan yang baik. Dan, pondokan
lebih dekat dengan Masjidil Haram.
"Dikasih yang baik masih kurang. Diberi pondokan yang dekat, masih
kurang. Itu memang sunnatullah. Sifat manusia memang begitu. Tapi, sebagai
pengikut Rasulullah SAW dan pelayan tamu-tamu Allah tidak boleh putus asa.
Sebab, melayani tamu-tamu Allah jelas, pahalanya luar biasa. Dan, ini pekerjaan
paling mulia. Karena, ganjarannya surga," imbuhnya.
Untuk mencapai itu, kata dia, pemerintah mencanangkan lima program.
"Pertama, reformasi birokrasi. Untuk menjalankan program ini saya
tegaskan, saya masih memegang prinsip lebih baik melakukan pembinaan internal.
Ketimbang mengambil orang dari luar," kata tokoh keuangan itu.
Yang kedua, melaksanakan renumerasi berdasarkan reputasi dan beban
pekerjaan. Jadi, renumerasi diberikan atas dasar beban pekerjaan dan reputasi.
Ketiga, reformasi sektor keuangan. Ini diarahkan untuk mengelola dana haji yang
disimpan pemerintah menjadi bermanfaat untuk jamaah.
Misalnya, melakukan investasi Rp44 triliun dana setoran awal haji serta
Dana Abadi Umat (DAU) dengan aman dan layak. Tentunya, di dalamnya juga ikut
melibatkan sektor perbankan, jelasnya.
Untuk mengarah ke sana, ucap dia, perlu payung hukum.
"Dan, alhamdulillah, 2013 nanti, sudah ada payung hukumnya,
sehingga, bisa digunakan untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya buat jamaah,"
katanya.
Keempat, lanjut Anggito, percepatan menuju jamaah haji mandiri.
"Salah satunya dengan pembuatan video manasik haji lengkap untuk
bahan belajar praktis jamaah, sehingga, jamaah bisa belajar manasik sendiri di
rumah. Dan, kelima, perlu perbaikan dan pembinaan kepada petugas haji dan
KBIH.," katanya.
Badan Layanan Umum
Dalam kesempatan itu, Anggito juga menambahkan, akan memperbaiki
pengelolaan asrama haji.
"Pencatatan asetnya masih buruk. Dan, pengelolaannya masih
bermasalah," katanya. Karena demikian, ucap dia, ke depan, asrama haji
akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU).
"Dari 13 asrama haji yang ada, lima asrama haji akan dijadikan pilot
project. Yakni Aceh, Jakarta, Surabaya, Makassar dan Jogja. Revitalisasi
asrama haji diperlukan. Sehingga, aset tidak mengalami penurunan nilai,"
ungkapnya.
Bahkan, kata Anggito, yang menyedihkan, ada asrama haji yang status
hukumnya masih dipertanyakan.
"Ini menyedihkan," tutur Anggito prihatin. Kembali disampaikan
Anggito, pemerintah sedang mengupayakan penerbangan haji yang murah.
"Tolong doakan, agar rencana ini berhasil. Kalau perlu, dari dana
haji yang dikelola dengan baik itu, nanti bisa digunakan untuk membeli pesawat.
Ke arah sana ada. Dan kuat. Tapi, masih dikaji. Termasuk, rencana untuk
menggunakan hasil investasi dana haji buat persiapan pemondokan di
Makkah," katanya lagi.
Anggito kembali menegaskan musim haji mendatang pemerintah akan
menghapus Transit Jeddah.
"Dihapus karena kurang terawasi. Dan banyak menimbulkan
masalah," katanya. Termasuk, pemerintah akan melarang dengan tegas segala
bentuk bisnis Multi Level Marketing (MLM) berkedok haji dan
umrah.
"MLM itu tidak boleh. Kami akan pantau. Ketahuan akan dicabut dan
akan kami laporkan ke polisi. Karena, nilai haji dan umrah itu suci. Tidak
boleh sembarangan. Haji dan umrah itu ibadah. Tidak boleh dibisniskan seperti
itu," tegas Anggito.
Sementara, mantan dirjen haji dan umrah, KH Amidhan, mengusulkan yang
perlu diperhatikan pemerintah saat ini adalah di sektor pembinaan.
"Selama ini sering salah kaprah. Pemerintah lebih mementingkan
pelayanan haji ketimbang pembinaan haji, sehingga, banyak jamaah saat pergi
umrah dan haji bukannya memperbanyak ibadah malah lebih banyak belanjanya. Ini
yang harus diperbaiki," katanya.
Amidhan kembali menuturkan fungsi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
belum maksimal. Perlu diperbaiki.
"Kehadiran KBIH tidak efektif. Malah banyak jamaah yang nggak fokus
beribadah. Dan, sebetulnya yang perlu ditambah anggarannya itu, mungkin di
bidang pembinaan haji," katanya.
Dan, setelah pembinaan haji dibenahi, ucap dia, jangan lupa juga
diperbaiki tata kelola keuangan haji.
"Ini juga penting. Sehingga, kehadiran Anggito sebagai seorang ahli
keuangan di tengah-tengah lingkungan Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah
sangat tepat," pungkas Amidhan lagi.
0 komentar:
Posting Komentar