Catatan Edy Supriatna - Bandung, 17/7 (Antara) - Kepala Bagian
Tata Usaha Kakanwil Kementerian Agama Jawa Barat Dr. H. M. Atoillah menyatakan,
membangun jaringan atau silaturahim dewasa ini dirasakan amat penting, karena
dengan cara itu akan diperoleh informasi dan data akurat yang kemudian bisa
diarahkan untuk meningkatkan kompetensi jurnalis.
Peningkatan
kompetensi wartawan penting, karena dengan kelebihan kemampuan dan keterampilan
jurnalis, maka pesan atau informasi bisa disampaikan dengan baik kepada
masyarakat, kata M. Athoillah dalam sambutannya pada
pembukaan "Workshop Peningkatan Peran Jurnalis Dalam Pembinaan
Kerukunan Umat Beragama" di Bandung, Kamis malam.
Pertemuan
yang berlangsung selama tiga hari itu sendiri diikuti sekitar 55 jurnalis
berasal dari Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Tujuan dari workshop adalah
sebagai upaya meningkatkan wawasan jurnalis dalam memelihara dan meningkatkan
kualitas kehidupan antarumat beragama dan kerukunan antarumat di Tanah Air.
M.
Athoillah menjelaskan, silaturahim dapat diarahkan untuk membangun jaringan
informasi atau pun edukasi, termasuk jaringan rekreaksi guna mendapatkan
informasi.
Jadi, katanya, membangun jaringan informasi perlu dilakukan dengam
komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang bagus, semua perbedaan dan
persoalan bangsa bisa diselesaikan. Dalam bahasa agama, silaturahim bisa
menyambungkan hati antarsesama. Dengan cara itu pula konflik bisa diredam
karena komuniasinya melalui lisan dan tulisan juga baik. Terlebih melalui media
massa elektronik dan cetak.
Menyambung silaturahmi sangat penting. Salah satunya membangun komunikasi
melalui pesan layanan singkat atau SMS. "SMS tak dijawab saja bisa
menimbulkan persoalan. Padahal di sisi lain harmonisasi harus terbangun guna
menjaga kerukunan," katanya.
Sekarang
ini informasi atau pun data yang akaurat demikian penting. Bicara dengan data
dan fakta untuk membangun jaringan edukasi. Obrolan pun - melalui pertemuan
berupa majelis seperti sekarang ini - dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi bagi para jurnalis. Jurnalis memang harus memiliki atau menguasai
wawasan yang luas dan keterampilan yang bagus guna membangun sikap akhlakul
karimah.
Etika
harus dimiliki jurnalis. Etika punya kaitan juga dengan kalbu sesorang,
sehingga tatkala berkomuniasi berkenan di hati di semua insan. Jadi, itulah
sebabnya peran penting dari silaturahim dan peran jurnalis.
Dalam kontek kerukunan, kata dia, Indonesia lahir karena dibangun oleh
keanekaragaman suku, bahasa dan agama yang ada. Perbedaan yang ada bukan
hambatan, tapi justru untuk memperkokoh kedudukan negara.
Melalui Pancasila, Undang-Undang Dasar 45 sebagai landasan konstitusional dan Bhineka Tunggal Ika telah menjadikan negara Indonesia kokoh berdiri. Dan atas dasar itu, perlu peningkatan-peningkatan melalui peran para jurnalis untuk meningkatkan kerukunan beragama, internumat beragama dan antara umat beragama.
Kapala Bidang Harmonisasi Umat Beragama pada Pusat Kerukunan Umat Beragama
(PKUB) Kementerian Agama, Mudhofir, menjelaskan bahwa keragaman dan
kemajumukan adalah sebuah realita dalam kehidupan bermasyarakat. Namun persatuan
adalah sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia. Dalam Al Quran ditegaskan bahwa
perbedaan adalah sunatullah dan rahmat. Tapi, bukan berarti tak ada
keharmonisan. "Kita harus bisa menjalankan menjalani dengan baik,"
katanya.
Dalam
konteks kerukunan, menurut dia, peran jurnalis sangat besar. Bisa diumapamakan
sebagai senjata yang ampuh. Namun ia mengingatkan bahwa seluruh
jurnalis dari berbagai media massa punya idealisme dan tanggung jawab besar
dalam menjaga kerukunan antarumat.
0 komentar:
Posting Komentar