Catatan Edy Supriatna-Hakikat ibadah haji adalah perjalanan
menuju Allah SWT. Karena itu para jemaah haji itu harus konsentrasi dalam
setiap melaksanakan amalan atau tahapan dalam rangkaian ibadah secara keseluruhan.
Seorang muslim melakukan perjalanan
ibadah haji adalah penuh dengan berbagai halangan dan kesulitan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, ibadah haji berpusat di beberapa
tempat suci, Kota Makkah, Masjid al-Haram, Ka'bah, Safa dan Marwah, Arafah,
Muzdalifah, Mina, dan Jamarat.
Di tempat-tempat itu, yang sangat
terbatas, tidak kurang tiga sampai empat juta Muslim dari seluruh penjuru dunia
datang pada waktu yang hampir bersamaan. Untuk itulah ibadah haji perlu
dilakukan dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap amalan.
Terdapat nilai kemanusiaan universal
dalam ibadah haji. Di tempat-tempat tersebut, setiap muslim sama dan sederajat.
Dalam ritual haji, seseorang ”tidak mengenakan pakaian berjahit”, hanya
mengenakan baju ihram berupa sarung dan selendang tanpa penutup kepala, dan
karena itu tidak dapat dibedakan lagi stratifikasi sosial masyarakat Muslim.
Semua tunduk dan patuh kepada perintah
Allah SWT dalam pakaian yang sama. Manusia adalah sama di hadapan Allah; dan
pakaian ihram tidak hanya menyimbolkan kesederhanaan dan sikap rendah hati,
tetapi juga menyampaikan pesan tentang kemanusiaan universal.
Mulai berihram harus dibarengi
kesadaran bahwa Tuhanlah yang berkuasa penuh, dan bahkan Tuhan melarang sesuatu
yang pada hari-hari hal itu dihalalkan. Pada saat itu umat Islam diingatkan,
pada har bahwa akhir nanti hanya Allah yang berkuasa, semuanya harus tunduk
kepada Allah SWT.
Kualitas layanan
Agar seluruh rangkaian ritual haji
dapat berlangsung sukses, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Abdul
Djamil, yang baru saja menggantikan Anggito Abimanyu, telah minta kepada seluruh
jajarannya memberi dukungan bersinergi bersama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan ibadah haji.
Marwah penyelenggaraan ibadah haji harus
terjaga. Karena ia menyadari betul, tanpa dukungan dari seluruh pemangku
kepentingan (seteakholder) dirinya tak berarti apa-apa.
Betapa pentingnya penyelenggaraan haji
pada musim haji tahun ini, sampai-sampai
Menko Kesra, Agung Laksnono mengingatkan Djamil tentang perlunya mengedepankan
kehati-hatian dalam pengelolaan dana haji.
Agung meminta Dirjen PHU yang baru ini agar tidak terlalu terpengaruh
dan terganggu dengan berbagai hal yang kini membelit penyelenggaraan ibadah
haji.
Bekerja harus fokus dan melakukan
persiapan penyelenggaraan ibadah haji pada musim haji 2014 dengan baik.
Penyelenggaraan ibadah haji dari sisi kualitas harus makin baik. Jika
penyelenggaraan ibadah haji, dengan berbagai perbaikannya dapat dilakukan, maka
kewibawaan kementerian itu akan baik pula.
Pelayanan haji yang baik akan membantu
memulihkan kewibawaan institusi Kemenag yang sedang tergoncang. Karena itu
Irjen Kemenag sebagai pengawas internal dapat menjalankan tugas dan fungsi
sebagaimana mestinya.
Semua pihak tentu tidak rela Kemenag
yang merupkan warisan para ulama tercabik-cabik citra dan wibawanya akibat
kesalahan dan keteledoran pejabat dan aparaturnya. Seluruh jajaran Kemenag
harus bekerjasama dalam menyelenggarakan haji tahun ini sehingga lebih baik.
Para calon jamaah haji, khususnya umat Islam Indonesia, tidak perlu khawatir.
"Para calon jamaah haji dan seluruh
masyarakat, khususnya umat Islam di Indonesia tidak perlu khawatir. Insya Allah
penyelenggaraan ibadah haji kita tahun ini tetap seperti yang sudah
direncanakan semula," demikian penegasan Wakil Menteri Agama Nasaruddin
Umar menyikapi perkembangan terakhir persoalan haji 2012 dan 2013 yang sedang
diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kita semua bertanggung jawab
menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji. Selaku Wamenag, dan bersama
teman-teman lainnya, pihaknya sudah melakukan 'maping' tentang apa saja yang
perlu dilakukan untuk penyelenggaraan haji yang sudah dekat," tuturnya.
Senada dengan Menag, Sekjen Nur Syam
menegaskan bahwa baik Wamenag, Sekjen, Irjen, Dirjen PHU, dan seluruh pejabat
di kementerian itu akan saling bahu-membahu untuk menyukseskan penyelengagraan
haji tahun ini.
Menurutnya, para pejabat dan jajaran
Kemenag telah berkomitmen akan bertanggung jawab secara maksimal dan penuh
kehatian-hatian untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Demikian juga
dengan Irjen, lanjut Nur Syam, bahwa dengan kewenangannya, M. Jasin akan
melakukan pengawasan baik dari hulu sampai hilir tentang penyelenggaraan haji.
"Insya Allah melalui pengawasan yang
beliau lakukan dan selama ini sudah dilakukan, mudah-mudahan pelaksanaan tahun
ini akan menjadi lebih baik," kata Nur Syam.
Djamil optimis bahwa penyelenggaran
ibadah haji 1435H/2014M akan berjalan lancar sesuai dengan yang sudah
direncanakan. Keyakinan ini didasarkan karena selama ini proses penyelenggaraan
haji sudah dipersiapkan dengan baik oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman di bidangnya atau kapabel.
Perhatikan manasik
Pemerintah melalui Keputusan Menteri
Agama (KMA) Nomor 64 Tahun 2014 tentang Penetapan Kuota Haji 1435 H/2014 M
tercatat jumlah haji Indonesia pada 1435 H/2014 M sebanyak 168.800 orang yang
terdiri atas kuota haji regular sebanyak 155.200 orang dan kuota haji khusus
13.600 orang.
KMA itu juga merinci penetapan kuota
haji regular terdiri atas kuota jamaah haji provinsi sebanyak 154.049 orang dan
kuota petugas haji daerah sebanyak 1.151 orang. Sedangkan kuota haji khusus
terdiri atas 12.899 jamaah haji khusus dan 701 untuk petugas haji khusus.
Pemerhati haji H. Tulus Sastrowijoyo
minta kementerian tersebut agar memperhatikan fasilitas kebutuhan jemaah untuk
mendukung suksesnya rangkaian ritual haji. Mulai pondokan, penyediaan katering,
angkutan selama berada di Mekkah, tenda selama di Armina (Arafah dan
Musdalifah).
Jemaah haji pun harus memperhatikan
bagian-bagian penting, seperti ketika melakukan tawaf, memulainya dengan bacaan
Bismillah Allahu Akbar, mengangkat tangan sejajar dengan Hajar Aswad. Sebetulnya hal ini merupakan bagian dari
materi manasik haji.
Tawaf harus diikuti kesadaran bahwa ia
sedang mengawali pertemuan dengan Allah SWT. Berputar mengelilingi Kabah harus
diiringi dengan kesadaran bahwa kita harus tetap pada koridor yang ditetapkan,
patuh pada Tuhan pencipta alam.
Berputar tujuh kali putaran
diartikan/disadari sama dengan jumlah hari dalam satu minggu dengan tetap hidup
pada garis-garis Tuhan. Dalam tawaf itu kita baca do’a/bacaan-bacaan yang tidak
tahu maknanya lebih-lebih hanya ikut-ikutan akan lebih baik kita berdzikir yang
tahu maknanya.
Demikian pula waktu Sa’i, harus
diikuti/diiringi kesadaran atau mengingat akan keagungan Tuhan menolong Siti
Hajar dalam berusaha menghidupi keluarganya (Nabi Ismail). "Naik turun
bukit Safa-Marwa harus diikuti kesadaran bahwa hidup itu naik turun mengikuti
kehendak Allah SWT.
Sikap sabar, tawakkal, optimis adalah
cermin dari amaliyah Sa’i. Pada waktu Wukuf di Arafah harus diikitui kesadaran
untuk mengenal siapa diri kita dan mengenal Tuhan pencipta dan pengatur alam
ini," katanya.
Mabit di Muzdalifah haru diikuti dengan
renungan di malam hari itu dalam rangka mendekatkan diri dengan Tuhan dan
berdoa mengharapkan hari esok yang lebih baik, ungkapkan kepada Allah SWT
dengan penuh khusuk dan penuh harap.
Mabit di Mina dan melempar Jumroh harus
diikuti kesadaran dan renungan untuk menghilangkan sifat-sifat iblis atau
setan. "Mina adalah tempat penyembelihan kurban. Harus kita sadari bahwa
hidup itu perlu pengorbanan untuk kepentingan yang lebih besar dalam rangka
keseimbangan hidup yang sedang kita jalankan," katanya.
Akhirnya amalan ibadah haji itu ditutup
dengan tahalul dengan cara menggunting rambut. Menggunting rambut itu harus
diikuti kesadaran bahwa kita sedang melakukan kontrak dengan Tuhan bahwa hidup
yang kita jalani itu harus tetap pada garis-garis Tuhan yang telah ditetapkan.
"Kita tidak boleh melanggarnya,
apabila melanggar maka kita akan mendapatkan balasan yang seadil-adilnya. Hukum
yang seadil-adilnya adalah di akhirat nanti. Keadilan di dunia adalah
kadang-kadang keadilan yang semu," katanya.
"Labbaika Allaahumma labbaika,
labbaika laa syariika laka labbaika, innal hamda wan ni’mata laka wal mulka laa
syariika laka". Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah aku datang
memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu,
aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan ni’mat adalah
milik-Mu begitu juga kerajaan tiada sekutu bagi-Mu.
0 komentar:
Posting Komentar