Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

WAMENAG: AL QURAN BERI KEPUASAN SIAPA SAJA

Written By Unknown on Kamis, 04 September 2014 | 19.07

Catatan Edy Supriatna-Jambi, 3/9 (Antara) - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan Al-Quran sejatinya dapat memberikan kepuasan kepada siapa saja yang membacanya, karena jika dikaji dari berbagai sisi selain menampakkan keindahan juga dapat memberi nilai lebih.

          "Dari sisi ilmiah, Al Quran dapat memberi kepuasan dari berbagai sudut pandang. Sebab, Al Quran dapat dipandang sebagai 'permata', memberi keindahan dari berbagai sudut permata itu," kata Nasaruddin Umar ketika menjadi pembicara utama dalam Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren dan Tokoh Pendidikan Islam di Jambi, Rabu.

          Nasaruddin menjabarkan bahwa seorang ilmuwan bisa jadi melihat Al Quran bagai "permata" karena dapat memuaskan dirinya dari segi pengetahuan.

          Sedangkan dari sisi seni, ada seorang seniman memandang Al Quran yang dapat memuaskan jiwa seninya.

         Al Quran disebut Nasaruddin bisa tampil secara terbuka namun ia mengingatkan membaca Al Quran bukan sebatas "iqra" (bacalah).

         "Jika ingin mendapatkan nilai lebih dari Al Quran hendaknya harus dibarengi dengan kebersihan. Kebersihan di sini harus dimaknai bersih fisik dan hati. Jadi, harus ada mata batin," kata Nasaruddin.

          Sebelum membaca Al Quran, seseorang diharapkan untuk dapat membersihkan diri terlebih dahulu karena dengan cara itu, menurut Nasaruddin Umar, akan diperoleh kedalaman makna dari Al Quran.

         "Jangan sentuh musaf sebelum bersih. Bersih disini, bersih lahir dan batin," ia menegaskan.

         Membaca Al Quran disebutnya tidak cukup sebatas dengan dukungan "nahu dan sorof" tapi juga memerlukan kebersihan lahir dan batin. 
    Namun disisi lain Nasaruddin mengingatkan pula jangan memahami ayat Al Quran dari yang tersurat belaka.

         "Di sekitar Al Quran masih ada ayat lain yang dapat dimaknai berupa tanda, atau sinonim dengan alam. Jadi, jangan terpaku pada "iqro", tapi juga harus paham ayat lain berupa alam raya," paparnya.

        Nasaruddin juga menambahkan bahwa terkait dengan qira'atil kutub atau Musabaqoh Qira'atil Kutub (MQK), penting memahami kitab-kitab karya ulama sebagai referensi untuk memahami dan menggali hukum-hukum Islam.

        "Disiplin kebahasaan sangat penting dalam menenafsirkan Al Quran. Referensi dari karya ulama dan kebersihan hati -lahir batin- bisa  membantu memuaskan diri dalam menggali kandungan isi Al Quran," demikian Nasaruddin.



0 komentar:

Posting Komentar