Catatan Edy Supriatna - Situbondo, 18/6 (Antara) - Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin mengajak tokoh masyarakat, ulama dan para santri untuk memegang
teguh pesan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah KH As'ad Syamsul
Arifin dan meneladani sepak terjangnya.
Selain
sebagai tokoh, KH As'ad juga banyak memberi kontribusi dalam bidang pendidikan
dan berdirinya NKRI, sehingga kini para alumni dari pondok Salafiyah Syafiiyah
banyak berkiprah di masyarakat, kata Menag Lukman Hakim Saifuddin saat peringatan
satu abad berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo,
Jawa Timur, Selasa (17/6) malam.
Dalam
acara tersebut hadir Wakil Gubernur Jatim Saefullah Yusuf, Pimpinan Ponpes
Salafiyah Syafiiyah KHR Ach Azaim Ibrahimy, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto,
Kanwil Kemenag Jatim Mahfud Shadar, Direktur Podok Pesantren Kemenag Ace
Saefuddin.
Hadir
pula Cawapres Jusuf Kalla dan mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi bersama rombongan
tim sukses Joko Widodo (Jokowi)-JK usai melakukan kampanye pemilihan presiden
di kota tersebut. Ribuan santri ikut meramaikan jalannya puncak peringatan
pondok tersebut.
Lukman
Hakim Saefuddin menegaskan, KH As'ad Syamsul Arifin pernah
mengingatkan kepada para santrinya bahwa "orang yang mampu
menjadi pemimpin, tidak boleh hasad, melainkan suka mengalah dan
ikhlas. Pesan tersebut sangat relevan dengan kondisi dan situasi bangsa dewasa
ini".
Akhlak
pesantren, menurut menag, harus dipegang teguh baik oleh para santri
maupun alumni. Terlebih ketika berkiprah di tengah masyarakat.
Kesederhanaan,
kemandirian, kesalehan dan keihklasan yang merupakan jati diri pesantren perlu
dipertahankan sebagai roh pendidikan yang diaktualisasikan untuk menjawab dan
menghadirkan solusi moralitas di tengah perubahan zaman, katanya.
Ia
berharap keunggulan pesantren dipertahankan dan ditingkatkan dalam konteks masa
kini, sehingga tidak hanya menjadi keunggulan historis, tetapi keunggulan masa
depan dalam perkembangan dunia pendidikan Islam kontemporer yang
mengedepankan kualitas, identitas dan daya saing.
Pahlawan Nasional
Di bagian lain, Lukman Hakim Saifuddin
memberi apresiasi kepada tokoh dan para pengajar di Ponpes Salafiyah Syafiiyah
yang pada usianya yang ke-100 tahun lembaga pendidikan tersebut tetap konsisten
memajukan pendidikan di daerah tersebut.
Namun
terkait dengan upaya keluarga PB NU untuk memperjuangkan agar KH As'ad Syamsul
Arifin dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional, menurut menag, hal itu sudah
sewajarnya. KH As'ad pantas diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Untuk
mendapat gelar sebagai pahlawan nasional, lanjut Lukman, harus melalui usulan
dari anggota keluarga. Namun yang ia dengar, PBNU sudah melakukan kajian dan
usulan yang bertindak atas nama keluarga agar KH As'ad diberi gelar pahlawan
nasional.
Sebelumnya,
Wagub Jatim Sefullah Yusuf mengatakan, pemerintah sudah pantas memberi gelar
pahlawan nasional kepada KH As'ad. Bagi keluarga gelar itu tidak penting. Bagi
pondok juga tak penting. Tapi gelar itu penting bagi bangsa Indonesia.
Pernyataan
itu juga dikemukakan KH Hasyim Muzadi. Ketokohan KH As'ad, khususnya membawa
umat Islam untuk meyakini Pancasila sebagai pemersatu bangsa sangat besar
sekali.
Menurut
Lukman Hakim, peran Ponpes Salafiyah Syafiiyah demikian besar dalam
memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui berbagai
dialog, para ulama dari daerah itu pula bisa meyakinkan umat Islam bahwa
Pancasila sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia.
Artinya,
dengan upaya yang ditempuh oleh para pendiri ponpes tersebut keraguan umat
Islam terhadap Pancasila tidak ada lagi. Jadi, jasa para ulama dari pondok
tersebut sangat besar, katanya.
Itulah sebabnya,
kata Lukman Hakim, dirinya menyempatkan diri untuk hadir para peringatan satu
abad pondok pesantren tersebut. Perjalanan dari Jakarta (dengan pesawat) ke
Surabaya dan dilanjutkan dengan jalan darat ke lokasi memakan waktu 10 jam
(pulang-pergi) memang terasa melelahkan.
Tapi, peristiwa
peringatan satu abad pondok pesantren itu punya nilai tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar